WULAN PUSPITA SARI
pada zaman dahulu di desa yang sangat terpencil hiduplah sepasang suami istri petani, kehidupan mereka sangat paspasan, untuk makan dan kehidupan sehari-hari, mereka dapatkan dari hasil panen mereka, walaupun hidup mereka serba paspasan tapi mereka menjalaninya dengan bahagia. namun, ada sutu hal yang membuat istri petani itu menjadi sedih dan selalu memikirkan hal tersebut, yaitu seorang anak.
di setiap subuh sang istri selalu bangun dan menyiapkan makanan untuk suaminya. di saat sang sumi bangun dia mendapatkan istrinya sedang menyedikan bekalnya " eh, bapak uda siap kesawah?" tanya sang istri " iya bu, bapak mau jalan dulu" jawab sang suami, " ini pak bekal bapak untuk di sawah nanti" kata sang istri sambil memperlihat bikisan kecil berwarna putih, " iya bu, makasih ya" jawab sang suami seraya mengambil bikisan dari tangan istrinya.
setelah emberikan bekal kepada sang suami, sang istri lalu mengantarkan suaminya sampai di depan pintu mereka " hati-hati di jalan ya pak!" kata sang istri mengingatkan " ya bu, ibu juga hati-hati di rumah ya" jawab sang suami, lalu pergi meninggalkan istrinya. sang istri melepaskan kepergian suaminya dengan senyum dan terus memandang sang suami sampai, petani tersebut menghilang di belokan jalan menuju awah mereka.
setelah merasa bahwa pekerjaannya sudah selesai dan hripun sudah soreh, sang petani memutuskan untuk kembali ke rumah menengok istrinya. setelah sampai depan rumah mereka, sang petani mendapat istrinya sedang duduk termenung sendiri di dipan rumah mereka. " assalamualaikum bu, ibu lagi memikirkan apa, kok mukanya murung gitu?" tanya sang petani kepada istrinya.
" eh iya wa'alaikum salam, bapak sudah berdiri di situ dari tadi ya?" tanya sang istri. " tidak, bapak baru saja pulang dari sawah" kata sang suami " ibu lagi memikirkan apa, ibu ada masalah?" lanjut sang suami yang baru pulang dari sawah, "ayo pak kita ke dalam ibu sudah menyiapkan makanan" kata sang istri setelah diam beberapa saat.
setelah selesai makan sang suami lalu melanjutkan pertanyaannya yang tadi sempat terpotong oleh kata istrinya. "ibu, ceritakan pada bapak kenapa tadi ibu duduk termenung dengan wajah yang sedih seperti itu ", tanya sang suami. "sebenarnya begini, pak , kita sudah menikah tiga tahun yang lalu, tapi kita belum dikaruniai seorang anak, " jawab sang istri dengan wajah sedih.
"ya sudahlah ibu jangan sedih begitu, mungkin ini belum waktunya kita dikaruniai seorang anak. mending sekarang kita solat dan memohon kepada Alloh", kata sang suami. mendengar ucapan suaminya raut wajah sang istri menjadi senang. " ayo, pak sudah saatnya kita solat magrib", perintah istrinya dengan penuh semangat.
hari-hari telah mereka lewati dengan do'a, Alloh mendengar do'a mereka dan Alloh mengabulkan permintaan mereka itu, sehingga sang istri pun hamil. tepat sembilan bulan, sang istri pun melahirkan seorang bayi perempuan yang imut dan cantik, melihat anak mereka yang terlahir dengan sempurna dan berjenis kelamin perempuan, snag petani dan istrinya sangat bahagia.
"pak, kita namakan siapa anak kita yang imut ini? " tanya sang istri kepada suaminya" , kata sang istri ."karena dia putri pertamaku maka saya akan memberikan sebuah nama yang cantik untuknya ". kata sang petani " dan nama yang saya maksud adalah Wulanpuspitasari", lanjut sang suami sambil tersenyum," wulan puspitasari". jawab sang suami dan istrinya bersamaan dengan penuh bahagia.