Pengikut

Minggu, 20 Juli 2014

ORIENTASI, RUANG LINGKUP, VISI-MISI, DAN PARADIGMA BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Bimbingan dan konseling merupakan suatu pelayanan bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli dengan tujuan membantu individu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya  (seperti keampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar beakang keluarga, pendidikan, status social ekonomi), serta sesuaidengan tuntutan positif lingkungannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, tentu para konselor harus mengetahui tentang orientasi (pusat perhatian) bimbingan dan konseling, ruang lingkup bimbingan konseling, visi-misi bimbingan konseling, dan paradigma bimbingan dan konseling. Dan pengetahuan tersebut juga harus diketahui oleh konseli (klien) agar mereka tahu secara mendalam tentang bimbingan dan konseling yang berusaha memberikan bantuan kepada mereka.
Di makalah ini dibahas tentang orientasi, ruang lingkup,visi-misi, dan paradigm bimbingan dan konseling yang akan membantu berjalannya layanan bimbingan dan konseling.








B.     Rumusan Masalah
1.         Bagaimana Orientasi Bimbingan dan Konseling?
2.         Bagaimana Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling?
3.         Bagaimana Visi Bimbingan dan Konseling?
4.         Bagaimana Misi Bimbingan dan Konseling?
5.         Bagaimana Paradigma Bimbingan dan Konseling?

C.    Tujuan Penulisan
1.         Mengetahui Orientasi Bimbingan dan Konseling
2.         Mengetahui Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling
3.         Mengetahui Visi Bimbingan dan Konseling
4.         Mengetahui Misi Bimbingan dan Konseling
5.         Mengetahui Paradigma Bimbingan dan Konseling


BAB II
PEMBAHASAN


1.      Orientasi Bimbingan dan Konseling
Orientasi yang dimaksud disini ialah pusat perhatian atau titik berat pandangan atau apa yang menjadi pusat perhatian konselor terhadap kliennya.
Macam-macam orientasi Bimbingan dan Konseling:

1.1     Orientasi Perseorangan

Bimbingan dan Konseling menghendaki agar konselor menitikberatkan pandangan pada siswa secara individual. Satu persatu siswa secara individual. Satu persatu siswa perlu mendapat perhatian secara masing-masing.

1.2     Orientasi Perkembangan

Orientasi perkembangan dalam Bimbingan dan Konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan yang hendaknya diterjadikan pada diri individu. Bimbingan dan Konseling memusatkan perhatiannya pada keseluruhan proses perkembangan itu.
Menurut Myrick perkembangan individu secara tradisional dari dulu sampai sekarang menjadi inti dari pelayanan Bimbingan dan Konseling.
Peranan Bimbingan dan Konseling adalah memberikan kemudahan-kemudahan bagi gerak individu menjalani alur perkembangannya.
Secara Khusus, Thompson dan Rudolph melihat perkembangan individu dari sudut pandang kognisi, dalam perkembangannya anak-anak memiliki kemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi.
Macam-macam hambatan perkembangan kognisi:
1.Hambatan Egosentrisme
2.Hambatan Konsentrasi
3.Hambatan Reversibilitas
4.Hambatan Tranformasi

1.3     Orientasi Permasalahan

Orientasi permasalahan secara langsung bersangut paut dengan fungsi pencegahan dan fungsi pengentasan. Fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari masalah-masalah yang mungkin membebani dirinya, fungi pengentasan menginginkan agar  individu yang sudah terlanjur mengalami masalah dapat terselesaikan masalahnya.

2.      Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling

Pelayanan Bimbingan dan Konseling memiliki peranan penting baik bagi individu yang berada dalam lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat pada umumnya.
Uraian dibawah ini membicarakan peranan bimbingan dan Konseling pada masing-masing ruang lingkup kerja tersebut:




2.1     Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Sekolah merupakan lembaga formal yang scara khusus dibentuk untuk menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat. Dalam kelembagaan sekolah terdapat sejumlah bidang kegiatan dan bidang pelayanan bimbigan dan konseling mempunyai kedudukan dan peranan yang khusus.

2.1.1        Keterkaitan antara Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling dan Bidang-Bidang Lainnya

Dalam proses pendidikan, khususnya sekolah, Mortensen dan Schmuller (1976) mengemukakan adanya bidang-bidang tugas atau pelayanan yang saling terkait. Bidang-bidang tersebut hendaknya secara lengkap ada dan apabila diinginkan aar pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi secara optimal kebutuhan peserta didik dalm proes perkembanganya.
Terdapat tiga bidang pelayanan pendidikan, yaitu bidang kurikulum dan pengajaran, bidang administrasi dan kepemimpinan dan kesiswaan:
a.    Bidang kurikulum dan pengajaran meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum dan pelaksanaan pengajaran, yaitu penyampaian dan pengembangan penetahuan, keterampilan, sikap  dan kemampuan berkomunikasi peserta didik.
b.    Bidang administrasi atau kepemimpinan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi berkenaan tanggung jawab dan pengambilan kebijaksanaan, serta bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan dan administrasi sekolah, seperti perencanaan, pembiayaan, pengadaan, pengaduan, dan perkembangan staf, prasarana dansarana fiik, dan pengawasan.
c.    Bidang Kesiswaan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan secara individual agar masing-masing peserta didik itu dapat berkembang sesuai dengan bakat, potensi, dan minat-minatnya, serta tahap-tahap perkembangannya. Bidang ini dkenal sebagai bidang pelayanan bimbingan dan konseling.
Kendatipun ketiga bidang tersebut tampknya terpisah antara satu dengan yang lainnya, namun semuanya memiliki arah yang sama, yaitu memberikan kemudahan bai pencapaian perkembangan yang optimal peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap pengajaran. Misalnya, proes belajar-mengajar akan dapat berjalan dengan efektif apabil siswa terbebas dari masalah-masalah yang menggangu proses belajarnya.. Pembebasan masalah-masalah siswa tersebut dilakukan melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Demikian juga terhadap adminitrasi dan supervise, bimbingan dan koseling dpat memberikan sumbangan yang berarti; misalnya dalam kaitannya dengan penyusunan kurikulum, pengembangan program-program belajar, pengambilan kebijakan yang tepat dalam rangka pencipataan iklim sekolah yang benar-benar menunjang bagi pemenuhan kebutuhan dan perkembangan siswa.
Sebaliknya, bidang pengajaran dan administrasi dapat memberkan sumbangan yang besar bagi suksesnya bidang bimbingan dan konseling. Bidang kurikulum dan pengajaran merupakan lahan yang sangat efektif bagi  telaksananya di dalam praktek materi-materi layanan bimbingan dan konseling. Pelaksanan pengajaran yang sehat dan mantap, baik dalam isi maupun suasananya, akan memberikan sumbangan besar bagi pencegahan timbulnya masalah siswa, dan juga merupakan wahana bagi pengetahuan masalah-masalah siswa. Bidang pengelolaan dan administrasi dapat memberikan sumbangan besar bagi pelayanan bimbingan dan konseling melalui berbagai kebijaksanaan dan pengaturan yang menghasilkan kondisi yang memungkinkan berjalannya layanan itu secara optimal, sehingga segenap  fungsi-fungsi dan jenis layanan serata kegiatan bimbingan dan konseling dapat terlaksana dengan lancer dan mencapai sasaran.

2.1.2        Tanggung Jawab Konselor Sekolah

Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya itu konselor menjadi “pelayan” bagi pencapaian tujuan pendidikan secara menyeluruh, khususnya bagi terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan-tujuan perkembangan masing-masing peserta didik. Dalam kaitannya dengan tujuan yang luas itu, konselor tidak hanya behubungan dengan peserta didik atau siwa saja (sebagai sasaran utama layanan), melainkan juga dengan berbagai pihak yang dapat secara bersama-bersama menunjang pencapaian tujuan tersebut, yaitu sejawat (sesame konselor, guru, dan personal sekolah lainnya), orangtua,dan masayarakat pada umumnya.
Berikut merupakan tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh konselor:
1.    Tanggung jawab konselor terhadap siswa
2.     Tanggung jawab kepada orang tua
3.     Tanggung jawab terhadap sejawat
4.     Tanggung jawab kepada sekolah dan masyarakat
5.     Tanggung jawab terhadap diri sendiri
6.     Tanggung jawab terhadap profesi

2.2     Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Luar Sekolah

2.2.1        Bimbingan dan Konseling Keluaraga
Resiko terhadap permasalahan dapat menimpa anggota keluarga. Palmo, Lowry, Weldon, dan Scioscia (1984) mengidentifikasi perubahan-perubahan yang  terjadi secara signfikan mempenaruhi struktur dan kondisi keluarga, yaitu meningkatnya tinkat perceraian, kedua orangtua bekerja, pengangkatan anak, emansipasi pria-wanita, dan kebebasan hubungan seksual.
Selain itu meningkatnya  kesadaran tentang anak cacat, keadaan depresi dan bunuh diri, kesulitan mencari  pekerjaan dan ketidakmampuan ekonomi pada umumnya menambah unsure-unsur yang mempengaruhi kehidupan keluarga. Unsur-unsur yang tidak menguntungkan tersebut secara tidak langsung ataupun langsung membawa pengaruh kepada anggota keluarga, baik mereka yang sudah dewasa maupun yang masih muda, mereka yang masih bersekolah maupun mereka yang sudah tidak bersekolah lagi. Permasalahan yang ditimbulkan oleh pengaruh yang tidak menguntungkan itu mengundang berperannya bimbingan dan konseling ke dalam keluarga.



2.2.2        Bimbingan dan Konseling dalam Lingkungan yang Lebih Luas

Permasalahan yang dialami oleh warga masyarakat tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah dan keluarga saja, melainkan juga di luar keduanya. Warga  masayarakat di lingkungan perusahaan, industri, kantor-kantor (baik pemerintah maupun swasta) danlembaga kerja lainnya ,organisasi pemuda dan organisasi kemasyarakatan lainnya, bahkan di lembaga pemasayarakatan, rumah jompo,rumah yatim piatu atau panti asuhan, rumah sait, dan lain sebagainya, seluruhnya tidak terhindar dari kemungkinan menghadapi masalah.  Oleh karena itu diperlukan jasa bimbingan san konseling.
Pelayanan bimbingan dan konseling yang menjangkau daerah kerja yang lebih luas itu perlu diselengarakan oleh konselor yang bersifat multidimensional (Chiles & Eiken, 1983), yaitu yang mampu bekerja sama selain dengan guru, administrator, dan orangtua, juga dengang berbagai komponen dan lembaga masyarakatsecara lebih luas. Konselor seperti itu bekerja dengan masalah-masalah personal, emosional, social, pendidikan, dan pekerjaan, yang kesemuanya itu untuk mencegah timbulnya masalah, pengentasan masalah, dan menunjang perkembangan  individu anggota masyarakat.KOnsep  professional yang multidimensional itu akan lbih banyak berperan sebagai pelatih dan supervisor, disamping penyelenggaraan layanan dan kegiatan “tradisional” bimbingan dan konseling, bagi kaum muda dan angota masyarakat lainnya (Goldman, 1976).
Konselor profeional yang multidimensional benar-benar menjadi ahli yang memberikan jasa berupa bantuan kepada orang-orang yang memfungsikan dirinya pada tahap perkembangan tertentu, membantu mereka mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari kondisidan apa yang sudah mereka miliki, membantu mereka menangani hal-hal tertentu agar lebih efektif, merencanakan tindak lanjut atas langkah-langkah yang telah diambil,  serta membantu lembaga ataupun organisasi melakukan perubahan agar lebih efektif. Dalam melaksanakan  perananya yang lebih luas itu konselor berada di mana-mana, di lembaga formal dan non-formal, di desa-desa, dan di kota-kota, konselor bekerja sama dengan keluarga dan tokoh-tokoh masyarakat, kepala desa dan camat, dengan para pemimpin formal dan non-formal. Konselor di masa depan bekerja di semua bidang kehidupan, mengabdikan peranan dan jasanya untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan sumber daya manusia, membantu individu warga masyarakat  dari bergai umur, mencegah timbulnya masalah dan mengentaskan berbagai masalah yang dihadapi warga masyarakat, dan menjadikan tahap perkembangan yang mereka jalani menjadi optimal (Prayitno, 1990).
Konselor yang bekerja di luar sekolah dapat mengikatkan diri pada lembaga tertentu (misalnya perusahaan, kantor, dan lain-lain), dapat bekerja sama dengan sejawat dalam satu “tim pelayanan bimbingan dan konseling”, dapat bekerja mandiri, dan dapat pula menciptakan bentuk-bentuk baru konselor bekerja dan apa pun tugas-tugas khusus yang diselenggarakan konselor namun fungsi, prinsip, asas, jenis layananan kegiatan kegiatan bimbingan dan konseling pada dasarnya tetap sama. Modifikasi dan penyesuaian diperlukan berdasarkna kekhususan yang ada pada sasaran layanan, lembaga tempat bekerja, tujuan dan kondisi yang menyertai diperlukannya pelayanan bimbingan dan konseling itu.
3.      Visi Bimbingan dan Konseling

Visi Bimbingan dan Konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri, dan bahagia.

4.      Misi Bimbingan dan Konseling

Sesuai dengan visi yang telah dirumuskan, misi bimbingan dan konseling difokuskan kepada:

4.1     Misi Pendidikan

Mendidik individu dan/atau kelompok melalui pengembangan perilaku efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan tekait dengan masa depan.
Dalam memenuhi visinya di bidang pendidikan, sekolah maupun masyarakat perlu menyelenggarakan arti pendidikan seluas-luasnya. Apabila pengajaran hanya dilakukan dalam arti sempit saja, dikhawatirkan tidak seimbang, hanya akan menjurus kepada pendidikan kognitif saja, sedangkan sisi afektif dan psikomotor tidak terkupas.

4.2     Misi  Pengembangan

Memfasilitasi perkembangan individu kea rah perkembangan optimal, yaitu melalui perkembangan potensi, pengembangan diri, berbudi pekerti luhur dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
4.3     Misi Pengentasan Masalah

Membantu dan memfasilitasi pengentasan masalah individu mengacu kepada kehidupan sehari-hari yang efektif. Dalam hal ini kemandirian seseorang untuk dapat menjalani kehidupannya sehari-hari secara efektif.

5.      Paradigma Bimbingan dan Konseling

Paradigma bimbingan dan  konseling adalah psiko-pedagogis dalam bingkai budaya. Yaitu, para pelaksana BK perlu mengusai materi psikologi (psikologi umum, perkembangan, belajar, kepribadian, dan social) serta materi pedagogis (filsafat antropologi, dasar-dasar pendidikan, kurikulum, proses belajar dan pembelajaran, dan penilaian pendidikan). Dikemas dalam ilmu-teknologi BK dengan warna budaya (termasuk nilai dan norma) lingkungan peserta didik. Arah bimbingan dan konseling mengembangkan potensi siswa agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangannya secara optimal.
Pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan (Developmental Guidance and Counseling), atau bimbingan dan konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling). Pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan kepada upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah konseli. Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar kompetensi yang harus dicapai konseli, sehingga pendekatan ini disebut juga bimbingan dan konseling berbasis standar (standard based guidance and counseling). Standar dimaksud adalah standar kompetensi kemandirian.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini menekankan kolaborasi antara konselor dengan para personal Sekolah/ Madrasah lainnya (pimpinan Sekolah/Madrasah, guru-guru, dan staf administrasi), orang tua konseli, dan pihak-pihak ter-kait lainnya (seperti instansi pemerintah/swasta dan para ahli : psikolog dan dokter). Pendekatan ini terintegrasi dengan proses pendidikan di Sekolah/Madrasah secara keseluruhan dalam upaya membantu para konseli agar dapat mengem-bangkan atau mewujudkan potensi dirinya secara penuh, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Atas dasar itu, maka implementasi bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseli, yang meliputi as-pek pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau terkait dengan pengembangan pribadi konseli sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial, dan spiritual).





BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

·         Orientasi Bimbingan dan Konseling, orientasi perseorangan, orientasi perkembangan, orientasi permasalahan.
·         Ruang Ligkup Bimbingan dan Konseling tidak hanya di sekolah, tetapi di berbagai bidang lainnya juga.
·         Visi Bimbingan dan Konseling yaitu Visi Bimbingan dan Konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri, dan bahagia.
·         Misi Bimbingan dan Konseling, misi pendidikan, misi pengembangan, misi pengentasan masalah.
·         Paradigma Bimbingan dan  Konseling adalah psiko-pedagogis bingkai budaya.




Daftar Pustaka

Uliya. Paradigma dan Ekspektasi Bimbingan dan Konseling. Online www.uliyaans.blogspot.com/2013/05/paradigma-dan-ekspektasi-bimbing-26.html [accesed 09/23/13]
Irwan, Muhammad. Visi, Misi, dan Paradigma Bimbingan dan Konseling. Online www.belajaritusinau.blogspot.com/2012/04/visi-misi-dan-paradigma-bimbingan-dan.html [accessed 09/23/13]
Prayitno dan Eman Amti, 1995, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta


Tidak ada komentar: