Pengikut

Minggu, 20 Juli 2014

UNSUR-UNSUR POKOK KONSELING






 






BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang
Konseling sudah cukup banyak dikenal orang, khususnya dalam dunia psikologi. Saat ini konseling banyak digunakan oleh para profesional konselor dalam rangka membantu individu menyelesaikan masalahnya. Selain itu, dalam dunia pendidikan juga konseling juga diaplikasikan oleh pihak sekolah. Hal ini disebabkan karena konseling dipandang penting dalam membantu siswa menjadi seorang pribadi yang dewasa dan matang.
Konseling muncul dengan didasarkan pada berbagai teori. Banyak teori yang digunakan dalam rangka pelayanan konseling. Winkel (1997:373) menyatakan bahwa teori konseling adalah suatu konseptualisasi atau kerangka acuan berpikir tentang bagaimana proses konseling berlangsung, apa yang terjadi selama proses konseling, perubahan yang bagaimana yang dituju, mengapa perubahan itu dapat terjadi, dan apa unsur-unsur yang memegang peranan pokok.
Jika dalam proses konseling klien tidak menyampaikan suatu permasalahan dengan sepenuhnya atau tidak keseluruhan dalam menjelaskan ke konselor. Maka timbul suatu permasalahan yang tidak bisa diselesaikan dan dapat menghambat kelancaran dalam proses konseling.
Oleh karena itu, klien hendaknya saat dalam proses konseling dapat menyampaikan permasalahan secara terbuka. Sehingga konselor dapat membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya. Maka dalam makalah ini akan  dibahas secara lebih spesifik mengenai unsur-unsur pokok konseling.





B.       Rumusan masalah
1.      Bagaimana karakteristik seorang konselor dalam melayani konseli ?
2.      Apa saja yang perlu diketahui dalam karakteristik konseli ?
3.      Apa saja harapan konseling dalam memberikan pelayanan ?
4.      Mengapa tujuan konseling merupakan acuan dalam pemberian pelayanan?
5.      Apa saja unsur penunjang dalam konseling ?

C.      Tujuan penulis
1.      Agar permasalahan konseli dapat terselesaikan dengan yang di harapkan.
2.      Konselor dapat mengetahui karakteristik konseli dengan akurat, sehingga dalam memberikan layanan konseling dapat dengan tepat menggunakan teori yang di gunakan.
3.      Adanya kerjasama antara konseli dengan konselor dalam pelayanan konseling, sehingga konseli dapat mendukung dalam proses konseling.






  


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Karakteristik Konselor
Uraian ini berisi ringkasan hasil-hasil riset yang berkaitan dengan karakteristik konselor dan konseli, yang meliputi:
1.  Pendekatan dan teknik mempelajari konselor
      a. Pendekatan Terhadap karakteristik konselor
      (1)  Pendekatan Spekulatif
Pendekatan ini menetapkan sejumlah sifat yang dianggap menunjang tugas konselor, antara lain: pengetahuan, sikap simpatik, persahabatan punya humor stabil emosinya, sabar, obyektif hormat, jujur, setia pada tujuan, toleransi, tenang, rapih/tertib, ramah, selaras, dan intelegensi sosial. Ada juga yang menunjuk syarat pokok konseling, yaitu:  percaya pada kemampuan tiap individu, mengakui nilai individu, memiliki kewaspadaan, terbuka, memahami pribadi, dan memiliki tanggung jawab prifesional.
      (2) Mengidentifikasi kelompok aktif dan kurang efektif
 Pendekatan ini didasarkan atas eksperimen 2 kelompok, yang menguji beberapa variabel karakteristik.
      (3) Pendekatan Hipotesis
Pendekatan ini berdasarkan hipotesis bahwa ada karakteristik tertentu yang membedakan konselor efektif dan kurang efektif yang kemudian diadakan penalitian.

      (4) Pendekatan Analisa Korelasi
Yaitu analisa korelasi antara berbagai variabel karakteristik dengan kriteria konselor efektif.
   b. Teknik yang digunakan untuk menilai karakteristik konselor
      (1)  Self-report technique
Dengan teknik ini, konselor yang bersangkutan menilai keefektifan dirinya sendiri baik dengan menggunakan alat yang sudah baku atau yang tidak baku.
      (2)  Rating technique
Digunakan 2 cara:
             - Mengidentifikasi sendiri ciri-ciri kepribadian konselor yang efekif
             - Penilaian ciri-ciri kepribadian konselor melalui supervisor.

2.  Karakteristik Konselor
1.    Pengetahuan Mengenai Diri Sendiri (Self-knowledge)
Disini berarti bahwa konselor mawas diri atau memahami dirinya dengan baik, dia memahami secara nyata apa yang dia lakukan, mengapa dia melakukan itu, dan masalah apa yang harus dia selesaikan. Pemahaman ini sangat penting bagi konselor, karena beberapa alasan sebagai berikut.
a) Konselor yang memilki persepsi yang akurat akan dirinya maka dia juga akan memilki persepsi yang kuat terhadap orang lain.
b) Konselor yang terampil memahami dirinya maka ia juga akan memahami orang lain.

2.    Kompetensi (Competence)
Kompetensi dalam karakteristik ini memiliki makna sebagai kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral yang harus dimiliki konselor untuk membantu klien. kompetensi sangatlah penting, sebab klien yang dikonseling akan belajar dan mengembangkan kompetensi-kompetensi yang diperlukan untuk mencapai kehidupan yang efektif dan bahagia. Adapun kompetensi dasar yang setidaknya dimilki oleh seorang konselor, yang antara lain:
a. Penguasaan wawasan dan landasan pendidikan
b. Penguasaan konsep bimbingan dan konseling
c. Penguasaan kemampuan assesmen
d. Penguasaan kemampuan mengembangkan program bimbingan dan konseling
e. Penguasaan kemampuan melaksanakan berbagai strategi layanan bimbingan dan konseling
f. Penguasaan kemampuan mengembangkan proses kelompok
g. Penguasaan kesadaran etik profesional dan pengembangan profesi
h. Penguasaan pemahaman konteks budaya, agama dan setting kebutuhan khusus
3.    Kesehatan Psikologis yang Baik
Seorang konselor dituntut untuk dapat menjadi model dari suatu kondisi kesehatan psikologis yang baik bagi kliennya, yang mana hal ini memiliki pengertian akan ketentuan dari konselor dimana konselor harus lebih sehat kondisi psikisnya daripada klien. Kesehatan psikolgis konselor yang baik sangat penting dan berguna bagi hubungan konseling. Karena apabila konselor kurang sehat psikisnya, maka ia akan teracuni oleh kebutuhan-kebutuhan sendiri, persepsi yang subjektif, nilai-nilai keliru, dan kebingungan.
4.    Dapat Dipercaya (trustworthness)
Konselor yang dipercaya dalam menjalankan tugasnya memiliki kecenderungan memilki kualitas sikap dan perilaku sebagai berikut:
a) Memilki pribadi yang konsisten
b)Dapat dipercaya oleh orang lain, baik ucapannya maupun perbuatannya.
c) Tidak pernah membuat orang lain kesal atau kecewa.
d) Bertanggung jawab, mampu merespon orang lain secara utuh, tidak ingkar janji dan mau membantu secara penuh.
5.    Kejujuran (honest)
Yang dimaksud dengan Kejujuran disini memiliki pengertian bahwa seorang konselor itu diharuskan memiliki sifat yang terbuka, otentik, dan sejati dalam pembarian layanannya kepada konseli. Jujur disini dalam pengertian memiliki kongruensi atau kesesuaian dalam kualitas diri actual (real-self) dengan penilain orang lain terhadap dirinya (public self). Sikap jujur ini penting dikarenakan:
- Sikap keterbukaan konselor dan klien memungkinkan hubungan    psikologis yang dekat satu sama lain dalam kegiatan konseling.
- Kejujuaran memungkinkan konselor dapat memberikan umpan balik secara objektif terhadap klien.
6.    Kekuatan atau Daya (strength)
Kekuatan atau kemampuan konselor sangat penting dalam konseling, sebab dengan hal itu klien merasa aman. Klien memandang seorang konselor sebagi orang yang, tabaha dalam menghadapi masalah, dapat mendorong klien dalam mengatasi masalahnya, dan dapat menanggulangi kebutuhan dan masalah pribadi.
Konselor yang memilki kekuatan venderung menampilkan kualitas sikap dan prilaku berikut.
-  Dapat membuat batas waktu yang pantas dalam konseling
-  Bersifat fleksibel
-  Memilki identitas diri yang jelas
7.    Kehangatan (Warmth)
Yang dimaksud dengan bersikap hangat itu adalah ramah, penuh perhatian, dan memberikan kasih sayang. Klien yang datang meminta bantuan konselor, pada umumnya yang kurang memilki kehangatan dalam hidupnya, sehingga ia kehilangan kemampuan untuk bersikap ramah, memberikanperhatian, dan kasih sayang. Melalui konseling klien ingin mendapatkan rasa hangat tersebut dan melakukan Sharing dengan konseling. Bila hal itu diperoleh maka klien dapat mengalami perasaan yang nyaman.
8.    Pendengar yang Aktif (Active responsiveness)
Konselor secara dinamis telibat dengan seluruh proses konseling. Konselor yang memiliki kualitas ini akan:
 (a) mampu berhubungan dengan orang-orang yang bukan dari kalangannya sendiri saja, dan mampu berbagi ide-ide, perasaan.
(b)  membantu klien dalam konseling dengan cara-cara yang bersifat membantu.
(c)   memperlakukan klien dengan cara-cara yang dapat menimbulkan respon yang bermakna.
(d) berkeinginan untuk berbagi tanggung jawab secara seimbang dengan klien dalam konseling.
9.    Kesabaran
Melaui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat membantu klien untuk mengembangkan dirinya secara alami. Sikap sabar konselor menunjukan lebih memperhatikan diri klien daripada hasilnya. Konselor yang sabar cenderung menampilkan sikap dan prilaku yang tidak tergesa-gesa.
10.    Kepekaan (Sensitivity)
Kepekaan mempunyai makna bahwa konselor sadar akan kehalusan dinamika yang timbul dalam diri klien dan konselor sendiri. Kepekaan diri konselor sangat penting dalam konseling, karena hal ini akan memberikan rasa aman bagi klien dan klien akan lebih percaya diri apabila berkonsultasi dengan konselor yang memiliki kepekaan.
11.    Kesadaran Holistik
Pendekatan holistik dalam bidang konseling berarti bahwa konselor memahami secara utuh dan tidak mendekatinya secara serpihan. Namun begitu bukan berarti bahwa konselor seorang yang ahli dalam berbagai hal, disini menunjukan bahwa konselor perlu memahami adanya berbagai dimensi yang menimbulkan masalah klien, dan memahami bagaimana dimensi yang satu memberi pengaruh terhadap dimensi yang lainnya. Dimensi-dimensi itu meliputi aspek, fisik, intelektual, emosi, sosial, seksual, dan moral-spiritual.

Konselor yang memiliki kesadaran holistik cenderung menampilkan karakteristik sebagai berikut.
 -  Menyadari secara akurat tentang dimensi-dimensi kepribadian yang kompleks.
 - Menemukan cara memberikan konsultasi yang tepat dan mempertimbangkan perlunya referal.
 -  Akrab dan terbuka terhadap berbagai teori.
B.    Karakteristik konseli
Karakteristik konseli yang turut mempengaruhi efektifiotas konseling adalah:
1.            Kesamaan dengan konselor
Dapat terjadi kesamaan umur saat proses konseling, sehingga membuat konseling susah dalam mengungkapkan permasalahannya.
2.      Harapan-harapan
Harapan klien tergantung pada sikap-sikap terapis, ada juga harapan yang dapat merugikan konseling adalah harapan klien untuk mendapatkan terapi medis,termasuk penggunaan obat-obatan.
3.      Kebutuhan akan perubahan
Kebutuhan klien akan perubahan dan pemahaman empatik dari pihak konselor berpengaruh langsung terhadap hasil konseling.
C.    Harapan Konseling
1.      Harapan-harapan konseli
Kebanyakan konseli mengharapkan bahwa dengan konseling, mereka akan mengelola pemecahan masalah pribadi yang dihadapinya seperti
a.       Siswa-siswa sekolah menengah
b.      Mahasiswa-mahasiswa perguruan tinggi
2.      Harapan-harapan orangtua
Para orangtua mengharap bahwa konseling dapat membanti siswa dalam memilih bidang studi dan membantu formulasi rencana pendidikan dan pekerjaanya kelak.
3.      Harapan-harapan guru
Guru mengharapkan konseling untuk mengurangi atau mengeliminasi perilaku murid yang menjadi penyebab keributan atau gangguan kelas, guru mengharap agar para konselor terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dapat membuat pengajaran lebih mudah dan efektif.
4.      Harapan-harapan administator sekolah
a. Mereka beranggapan bahwa akan membawa sekolah ke arah  organisasi sekolah yang efisien
b.  Bahwa para administator sekolah terutama memnadang konseling sebagai penasehat
c. Administator sekolah kurang atau tidak mengharapkan pada konseling.
d. Para administator mengharap agar konseling dapat memecahkan setiap kesulitan
5.      Harapan-harapan instansi pemerintah
Instansi-instansi pemerintah nampaknya mengharap diantara dua hal mengenai konseling. Pertama, konseling dapat mengidentifikasi orang orang yang berbakat. Kedua, konseling digunakan untuk menempatkan pemuda-pemuda pada jabatan-jabatan bilamana manpower kurang.
D.    Tujuan Konseling
1.      Perubahan Perilaku
salah satu hasil konseling adalah bahwa pengalaman-pengalaman tidak terasa menakutkan, individu kecemasannya berkurang, dan cita-citanya hampir lebih harmonis dengan presepsi tentang dirinya dan nampak lebih berhasil.
2.      Kesehatan Mental Yang Positif
bahwa tujuan utama konseling adalah menjaga kesehatan mental dengan mencegah atau membawa ketidakmampuan menyesuaikan diri atau gangguan mental.
3.      Pemecahan Masalah
Klien datang ke konselor karena telah percaya bahwa konselor akan membantu klien untuk memecahkan masalahnya. Selanjutnya ia menyatakan bahwa konselor behavioral karena terutama membantu klien merubah perilaku yang diingininya.
4.      Keefektifan Personal
Blocher memperkenalkan dua tujuan konseling. Pertama, konseling ingin memeksimalkan kemungkinan kebebasan individual dalam keterbatasan-keterbatasan yang berlaku bagi dirinya dan kingkungannya. Kedua, konseling ingin memaksimalkan keefektifan indifidual dengan memberinya kesanggupan mengontrol lingkungan  dan response-response pada dirinya yang ditimbulkan oleh lingkungan.


5.      Pengambilan keputusan
Bukan pekerjaan konselor untuk menentukan keputusan yang akan diambil oleh konseli atau memilihkan alternatif tindakan baginya. Keputusan-keputusan ada pada konseli sendiri, dan ia harus tau mengapa dan bagaimana ia melakukannya.
E.     Unsur Penunjang Konseling
1.      Kondisi-kondisi Eksternal
a.  Penataan fisik
Keadaan serta lingkungan yang menyenangkan dan mendatangkan rasa indah bagi konselor dan konseli dapat membantu proses koinseling berjalan dengan baik.
b.  Proxemics
Berhubungan dengan jarak dan posisi antara konselor dan konseli yang ideal demi terlaksananya proses konseling yang diharapkan.
     c.  Privacy
Sesuatu hal yang mpenting dan berkaitan dengan pengaturan fisik adalah keleluasaan pribadi. Bila perasaan percaya konselor harus dilindungi, perasaan aman yang berhubungan dengan keleluasaan pribadi tidak dapat diabaikan.
2.      Ciri-ciri Khas
Banyak faktor yang mempengaruhi proses konseling diantaranya adalah pengalaman konseli, latar belakang kebudayaan, ekspektasinya terhadap konselor, kondisi ekonomi, dll.


3.      Sikap-sikap Konselor
Sikap-sikap dan cara pendekatan konselor terhadap seseorang dan semua apa yang dikerjakan dalam konseling berpengaruh pada hubungan konseling. Konselor merupakn kunci pemrakarsa dan mengembang daripada hubungan.
         a.      kepercayaan
                   Perasaan tentang sesuatu yang dianggap nyata dan benar.
         b.      nilai-nilai
                   Petterson menunjukkan bahwa nilai-nilai konselor mempengaruhi hubungan etnik hubungan konseling, tujuan konseling, dan metode yang digunakan untuk konseling.
         c.       Penerimaan
Penerimaan dan pemahaman begitu sesuai, terutama penggunaanya dalam proses konseling serta sangat penting dalam menunjang setiap hubungan antar manusia. Beberapa penulis juga mengklasifikasikannya sebagai teknik, sebagian lagi sebagai sifat.
          d.      Pemahaman
Tiap orang ingin dipahami dan melalui understanding, bantuan dapat diberikan. Konselor harus mengerti konseli jika dia ingin hubungan konselingnya berhasil.
         e.       Tingkatan-tingkatan Pemahaman
Menurut Davis 1963 ada empat tingkatan pemahaman, yaitu:
• Pertama, pemahaman tentang individu lain seperti tingkahlakunya, kepribadiannya, minatnya, dsb.
  Kedua, perpaduan antara pemahaman secara verbal atau intelektual dengan pemahaman secara behavioral atau operasional.
 Ketiga, pemahaman yang dijabarkan secara langsung dari individu lain untuk memahami dunia internalnya.
  Keempat, tingkatan memahami dirinya sendiri secara lebih dalam.
4.      Kondisi-kondisi Internal
a.   Rapport
Rapport berarti hubungan kerja yang tepat yang telah ditimbulkan dan dicapai antara konseli dan konselor.
b.   Empathy
Kekuatan untuk mengerti perasaan-perasaan orang lain tanpa merasakan sepenuhnya apayang dirasakan oleh orang lain itu.
c.   Genuineness (kesungguhan)
Rogers menyatakan Guineness berarti bahwa perasaan yang dialami dapat digunakan olehnya, berguna untuk kesadarannya, bahwa dia dapat bertahan terhadap perasaan-perasaan ini, menggunakanya dalam hubungan dan dapat menghubungkan dengan tepat dan berfaedah.
d.   Attentiveness (penuh perhatian)
Attentiveness, perhatian membutuhkan ketrampilan dalam mendengarkan dan mengamati, dengan itu konselor mengetahuio dan mengerti inti, isi, dan apa yang dirasakan oleh konseli.
e.   Hubungan
Hubungan antara manusia dalam konseling adalah hubungan yang timbal balik dan saling mempengaruhi antar anggota-anggota yang terlibat di dalam hubungan tersebut.







BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
konselor dapat menggunakan berbagai macam variasi, tindakan, pikiran sesuai dengan kebutuhan dan ciri khas masalah yang dihadapi oleh konseli. Meskipun demikian, konselor tetap harus berpegang pada pola eklektik, menguasai sejumlah prosedur dan teknik serta memilih manakah yang paling tepat dan sesuai dari berbagai prosedur dan tehnik tersebut.

B.       Saran
Meskipun terdapat berbagai karakteristik yang harus dipenuhi untuk mencapainya proses konseling yang baik, disarankan seorang calon konselor untuk dapat selalu membenahi dan memperbaiki dirinya kearah yang labih baik dan lebih mendekatkan diri pada yang maha kuasa serta memperkuat ilmu agama agar konseling yang dilaksanakan lebih berjalan dengan baik serta sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada dalam agama. Selain itu, karakteristik konselor dapat mendorong timbulnya public trust terhadap diri seorang konselor.







Daftar pustaka :
¨      Surya, Mohamad. 1988. Dasar-dasar Penyuluhan(Konseling). Jakarta : Dependikbudna
¨      Syamsu, Yusuf, Juntika. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosda
¨      Juntika, Ahmad. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama

Tidak ada komentar: