Pengikut

Minggu, 20 Juli 2014

UNSUR-UNSUR POKOK KONSELING






 






BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar belakang
Konseling sudah cukup banyak dikenal orang, khususnya dalam dunia psikologi. Saat ini konseling banyak digunakan oleh para profesional konselor dalam rangka membantu individu menyelesaikan masalahnya. Selain itu, dalam dunia pendidikan juga konseling juga diaplikasikan oleh pihak sekolah. Hal ini disebabkan karena konseling dipandang penting dalam membantu siswa menjadi seorang pribadi yang dewasa dan matang.
Konseling muncul dengan didasarkan pada berbagai teori. Banyak teori yang digunakan dalam rangka pelayanan konseling. Winkel (1997:373) menyatakan bahwa teori konseling adalah suatu konseptualisasi atau kerangka acuan berpikir tentang bagaimana proses konseling berlangsung, apa yang terjadi selama proses konseling, perubahan yang bagaimana yang dituju, mengapa perubahan itu dapat terjadi, dan apa unsur-unsur yang memegang peranan pokok.
Jika dalam proses konseling klien tidak menyampaikan suatu permasalahan dengan sepenuhnya atau tidak keseluruhan dalam menjelaskan ke konselor. Maka timbul suatu permasalahan yang tidak bisa diselesaikan dan dapat menghambat kelancaran dalam proses konseling.
Oleh karena itu, klien hendaknya saat dalam proses konseling dapat menyampaikan permasalahan secara terbuka. Sehingga konselor dapat membantu klien dalam menyelesaikan masalahnya. Maka dalam makalah ini akan  dibahas secara lebih spesifik mengenai unsur-unsur pokok konseling.





B.       Rumusan masalah
1.      Bagaimana karakteristik seorang konselor dalam melayani konseli ?
2.      Apa saja yang perlu diketahui dalam karakteristik konseli ?
3.      Apa saja harapan konseling dalam memberikan pelayanan ?
4.      Mengapa tujuan konseling merupakan acuan dalam pemberian pelayanan?
5.      Apa saja unsur penunjang dalam konseling ?

C.      Tujuan penulis
1.      Agar permasalahan konseli dapat terselesaikan dengan yang di harapkan.
2.      Konselor dapat mengetahui karakteristik konseli dengan akurat, sehingga dalam memberikan layanan konseling dapat dengan tepat menggunakan teori yang di gunakan.
3.      Adanya kerjasama antara konseli dengan konselor dalam pelayanan konseling, sehingga konseli dapat mendukung dalam proses konseling.






  


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Karakteristik Konselor
Uraian ini berisi ringkasan hasil-hasil riset yang berkaitan dengan karakteristik konselor dan konseli, yang meliputi:
1.  Pendekatan dan teknik mempelajari konselor
      a. Pendekatan Terhadap karakteristik konselor
      (1)  Pendekatan Spekulatif
Pendekatan ini menetapkan sejumlah sifat yang dianggap menunjang tugas konselor, antara lain: pengetahuan, sikap simpatik, persahabatan punya humor stabil emosinya, sabar, obyektif hormat, jujur, setia pada tujuan, toleransi, tenang, rapih/tertib, ramah, selaras, dan intelegensi sosial. Ada juga yang menunjuk syarat pokok konseling, yaitu:  percaya pada kemampuan tiap individu, mengakui nilai individu, memiliki kewaspadaan, terbuka, memahami pribadi, dan memiliki tanggung jawab prifesional.
      (2) Mengidentifikasi kelompok aktif dan kurang efektif
 Pendekatan ini didasarkan atas eksperimen 2 kelompok, yang menguji beberapa variabel karakteristik.
      (3) Pendekatan Hipotesis
Pendekatan ini berdasarkan hipotesis bahwa ada karakteristik tertentu yang membedakan konselor efektif dan kurang efektif yang kemudian diadakan penalitian.

      (4) Pendekatan Analisa Korelasi
Yaitu analisa korelasi antara berbagai variabel karakteristik dengan kriteria konselor efektif.
   b. Teknik yang digunakan untuk menilai karakteristik konselor
      (1)  Self-report technique
Dengan teknik ini, konselor yang bersangkutan menilai keefektifan dirinya sendiri baik dengan menggunakan alat yang sudah baku atau yang tidak baku.
      (2)  Rating technique
Digunakan 2 cara:
             - Mengidentifikasi sendiri ciri-ciri kepribadian konselor yang efekif
             - Penilaian ciri-ciri kepribadian konselor melalui supervisor.

2.  Karakteristik Konselor
1.    Pengetahuan Mengenai Diri Sendiri (Self-knowledge)
Disini berarti bahwa konselor mawas diri atau memahami dirinya dengan baik, dia memahami secara nyata apa yang dia lakukan, mengapa dia melakukan itu, dan masalah apa yang harus dia selesaikan. Pemahaman ini sangat penting bagi konselor, karena beberapa alasan sebagai berikut.
a) Konselor yang memilki persepsi yang akurat akan dirinya maka dia juga akan memilki persepsi yang kuat terhadap orang lain.
b) Konselor yang terampil memahami dirinya maka ia juga akan memahami orang lain.

2.    Kompetensi (Competence)
Kompetensi dalam karakteristik ini memiliki makna sebagai kualitas fisik, intelektual, emosional, sosial, dan moral yang harus dimiliki konselor untuk membantu klien. kompetensi sangatlah penting, sebab klien yang dikonseling akan belajar dan mengembangkan kompetensi-kompetensi yang diperlukan untuk mencapai kehidupan yang efektif dan bahagia. Adapun kompetensi dasar yang setidaknya dimilki oleh seorang konselor, yang antara lain:
a. Penguasaan wawasan dan landasan pendidikan
b. Penguasaan konsep bimbingan dan konseling
c. Penguasaan kemampuan assesmen
d. Penguasaan kemampuan mengembangkan program bimbingan dan konseling
e. Penguasaan kemampuan melaksanakan berbagai strategi layanan bimbingan dan konseling
f. Penguasaan kemampuan mengembangkan proses kelompok
g. Penguasaan kesadaran etik profesional dan pengembangan profesi
h. Penguasaan pemahaman konteks budaya, agama dan setting kebutuhan khusus
3.    Kesehatan Psikologis yang Baik
Seorang konselor dituntut untuk dapat menjadi model dari suatu kondisi kesehatan psikologis yang baik bagi kliennya, yang mana hal ini memiliki pengertian akan ketentuan dari konselor dimana konselor harus lebih sehat kondisi psikisnya daripada klien. Kesehatan psikolgis konselor yang baik sangat penting dan berguna bagi hubungan konseling. Karena apabila konselor kurang sehat psikisnya, maka ia akan teracuni oleh kebutuhan-kebutuhan sendiri, persepsi yang subjektif, nilai-nilai keliru, dan kebingungan.
4.    Dapat Dipercaya (trustworthness)
Konselor yang dipercaya dalam menjalankan tugasnya memiliki kecenderungan memilki kualitas sikap dan perilaku sebagai berikut:
a) Memilki pribadi yang konsisten
b)Dapat dipercaya oleh orang lain, baik ucapannya maupun perbuatannya.
c) Tidak pernah membuat orang lain kesal atau kecewa.
d) Bertanggung jawab, mampu merespon orang lain secara utuh, tidak ingkar janji dan mau membantu secara penuh.
5.    Kejujuran (honest)
Yang dimaksud dengan Kejujuran disini memiliki pengertian bahwa seorang konselor itu diharuskan memiliki sifat yang terbuka, otentik, dan sejati dalam pembarian layanannya kepada konseli. Jujur disini dalam pengertian memiliki kongruensi atau kesesuaian dalam kualitas diri actual (real-self) dengan penilain orang lain terhadap dirinya (public self). Sikap jujur ini penting dikarenakan:
- Sikap keterbukaan konselor dan klien memungkinkan hubungan    psikologis yang dekat satu sama lain dalam kegiatan konseling.
- Kejujuaran memungkinkan konselor dapat memberikan umpan balik secara objektif terhadap klien.
6.    Kekuatan atau Daya (strength)
Kekuatan atau kemampuan konselor sangat penting dalam konseling, sebab dengan hal itu klien merasa aman. Klien memandang seorang konselor sebagi orang yang, tabaha dalam menghadapi masalah, dapat mendorong klien dalam mengatasi masalahnya, dan dapat menanggulangi kebutuhan dan masalah pribadi.
Konselor yang memilki kekuatan venderung menampilkan kualitas sikap dan prilaku berikut.
-  Dapat membuat batas waktu yang pantas dalam konseling
-  Bersifat fleksibel
-  Memilki identitas diri yang jelas
7.    Kehangatan (Warmth)
Yang dimaksud dengan bersikap hangat itu adalah ramah, penuh perhatian, dan memberikan kasih sayang. Klien yang datang meminta bantuan konselor, pada umumnya yang kurang memilki kehangatan dalam hidupnya, sehingga ia kehilangan kemampuan untuk bersikap ramah, memberikanperhatian, dan kasih sayang. Melalui konseling klien ingin mendapatkan rasa hangat tersebut dan melakukan Sharing dengan konseling. Bila hal itu diperoleh maka klien dapat mengalami perasaan yang nyaman.
8.    Pendengar yang Aktif (Active responsiveness)
Konselor secara dinamis telibat dengan seluruh proses konseling. Konselor yang memiliki kualitas ini akan:
 (a) mampu berhubungan dengan orang-orang yang bukan dari kalangannya sendiri saja, dan mampu berbagi ide-ide, perasaan.
(b)  membantu klien dalam konseling dengan cara-cara yang bersifat membantu.
(c)   memperlakukan klien dengan cara-cara yang dapat menimbulkan respon yang bermakna.
(d) berkeinginan untuk berbagi tanggung jawab secara seimbang dengan klien dalam konseling.
9.    Kesabaran
Melaui kesabaran konselor dalam proses konseling dapat membantu klien untuk mengembangkan dirinya secara alami. Sikap sabar konselor menunjukan lebih memperhatikan diri klien daripada hasilnya. Konselor yang sabar cenderung menampilkan sikap dan prilaku yang tidak tergesa-gesa.
10.    Kepekaan (Sensitivity)
Kepekaan mempunyai makna bahwa konselor sadar akan kehalusan dinamika yang timbul dalam diri klien dan konselor sendiri. Kepekaan diri konselor sangat penting dalam konseling, karena hal ini akan memberikan rasa aman bagi klien dan klien akan lebih percaya diri apabila berkonsultasi dengan konselor yang memiliki kepekaan.
11.    Kesadaran Holistik
Pendekatan holistik dalam bidang konseling berarti bahwa konselor memahami secara utuh dan tidak mendekatinya secara serpihan. Namun begitu bukan berarti bahwa konselor seorang yang ahli dalam berbagai hal, disini menunjukan bahwa konselor perlu memahami adanya berbagai dimensi yang menimbulkan masalah klien, dan memahami bagaimana dimensi yang satu memberi pengaruh terhadap dimensi yang lainnya. Dimensi-dimensi itu meliputi aspek, fisik, intelektual, emosi, sosial, seksual, dan moral-spiritual.

Konselor yang memiliki kesadaran holistik cenderung menampilkan karakteristik sebagai berikut.
 -  Menyadari secara akurat tentang dimensi-dimensi kepribadian yang kompleks.
 - Menemukan cara memberikan konsultasi yang tepat dan mempertimbangkan perlunya referal.
 -  Akrab dan terbuka terhadap berbagai teori.
B.    Karakteristik konseli
Karakteristik konseli yang turut mempengaruhi efektifiotas konseling adalah:
1.            Kesamaan dengan konselor
Dapat terjadi kesamaan umur saat proses konseling, sehingga membuat konseling susah dalam mengungkapkan permasalahannya.
2.      Harapan-harapan
Harapan klien tergantung pada sikap-sikap terapis, ada juga harapan yang dapat merugikan konseling adalah harapan klien untuk mendapatkan terapi medis,termasuk penggunaan obat-obatan.
3.      Kebutuhan akan perubahan
Kebutuhan klien akan perubahan dan pemahaman empatik dari pihak konselor berpengaruh langsung terhadap hasil konseling.
C.    Harapan Konseling
1.      Harapan-harapan konseli
Kebanyakan konseli mengharapkan bahwa dengan konseling, mereka akan mengelola pemecahan masalah pribadi yang dihadapinya seperti
a.       Siswa-siswa sekolah menengah
b.      Mahasiswa-mahasiswa perguruan tinggi
2.      Harapan-harapan orangtua
Para orangtua mengharap bahwa konseling dapat membanti siswa dalam memilih bidang studi dan membantu formulasi rencana pendidikan dan pekerjaanya kelak.
3.      Harapan-harapan guru
Guru mengharapkan konseling untuk mengurangi atau mengeliminasi perilaku murid yang menjadi penyebab keributan atau gangguan kelas, guru mengharap agar para konselor terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dapat membuat pengajaran lebih mudah dan efektif.
4.      Harapan-harapan administator sekolah
a. Mereka beranggapan bahwa akan membawa sekolah ke arah  organisasi sekolah yang efisien
b.  Bahwa para administator sekolah terutama memnadang konseling sebagai penasehat
c. Administator sekolah kurang atau tidak mengharapkan pada konseling.
d. Para administator mengharap agar konseling dapat memecahkan setiap kesulitan
5.      Harapan-harapan instansi pemerintah
Instansi-instansi pemerintah nampaknya mengharap diantara dua hal mengenai konseling. Pertama, konseling dapat mengidentifikasi orang orang yang berbakat. Kedua, konseling digunakan untuk menempatkan pemuda-pemuda pada jabatan-jabatan bilamana manpower kurang.
D.    Tujuan Konseling
1.      Perubahan Perilaku
salah satu hasil konseling adalah bahwa pengalaman-pengalaman tidak terasa menakutkan, individu kecemasannya berkurang, dan cita-citanya hampir lebih harmonis dengan presepsi tentang dirinya dan nampak lebih berhasil.
2.      Kesehatan Mental Yang Positif
bahwa tujuan utama konseling adalah menjaga kesehatan mental dengan mencegah atau membawa ketidakmampuan menyesuaikan diri atau gangguan mental.
3.      Pemecahan Masalah
Klien datang ke konselor karena telah percaya bahwa konselor akan membantu klien untuk memecahkan masalahnya. Selanjutnya ia menyatakan bahwa konselor behavioral karena terutama membantu klien merubah perilaku yang diingininya.
4.      Keefektifan Personal
Blocher memperkenalkan dua tujuan konseling. Pertama, konseling ingin memeksimalkan kemungkinan kebebasan individual dalam keterbatasan-keterbatasan yang berlaku bagi dirinya dan kingkungannya. Kedua, konseling ingin memaksimalkan keefektifan indifidual dengan memberinya kesanggupan mengontrol lingkungan  dan response-response pada dirinya yang ditimbulkan oleh lingkungan.


5.      Pengambilan keputusan
Bukan pekerjaan konselor untuk menentukan keputusan yang akan diambil oleh konseli atau memilihkan alternatif tindakan baginya. Keputusan-keputusan ada pada konseli sendiri, dan ia harus tau mengapa dan bagaimana ia melakukannya.
E.     Unsur Penunjang Konseling
1.      Kondisi-kondisi Eksternal
a.  Penataan fisik
Keadaan serta lingkungan yang menyenangkan dan mendatangkan rasa indah bagi konselor dan konseli dapat membantu proses koinseling berjalan dengan baik.
b.  Proxemics
Berhubungan dengan jarak dan posisi antara konselor dan konseli yang ideal demi terlaksananya proses konseling yang diharapkan.
     c.  Privacy
Sesuatu hal yang mpenting dan berkaitan dengan pengaturan fisik adalah keleluasaan pribadi. Bila perasaan percaya konselor harus dilindungi, perasaan aman yang berhubungan dengan keleluasaan pribadi tidak dapat diabaikan.
2.      Ciri-ciri Khas
Banyak faktor yang mempengaruhi proses konseling diantaranya adalah pengalaman konseli, latar belakang kebudayaan, ekspektasinya terhadap konselor, kondisi ekonomi, dll.


3.      Sikap-sikap Konselor
Sikap-sikap dan cara pendekatan konselor terhadap seseorang dan semua apa yang dikerjakan dalam konseling berpengaruh pada hubungan konseling. Konselor merupakn kunci pemrakarsa dan mengembang daripada hubungan.
         a.      kepercayaan
                   Perasaan tentang sesuatu yang dianggap nyata dan benar.
         b.      nilai-nilai
                   Petterson menunjukkan bahwa nilai-nilai konselor mempengaruhi hubungan etnik hubungan konseling, tujuan konseling, dan metode yang digunakan untuk konseling.
         c.       Penerimaan
Penerimaan dan pemahaman begitu sesuai, terutama penggunaanya dalam proses konseling serta sangat penting dalam menunjang setiap hubungan antar manusia. Beberapa penulis juga mengklasifikasikannya sebagai teknik, sebagian lagi sebagai sifat.
          d.      Pemahaman
Tiap orang ingin dipahami dan melalui understanding, bantuan dapat diberikan. Konselor harus mengerti konseli jika dia ingin hubungan konselingnya berhasil.
         e.       Tingkatan-tingkatan Pemahaman
Menurut Davis 1963 ada empat tingkatan pemahaman, yaitu:
• Pertama, pemahaman tentang individu lain seperti tingkahlakunya, kepribadiannya, minatnya, dsb.
  Kedua, perpaduan antara pemahaman secara verbal atau intelektual dengan pemahaman secara behavioral atau operasional.
 Ketiga, pemahaman yang dijabarkan secara langsung dari individu lain untuk memahami dunia internalnya.
  Keempat, tingkatan memahami dirinya sendiri secara lebih dalam.
4.      Kondisi-kondisi Internal
a.   Rapport
Rapport berarti hubungan kerja yang tepat yang telah ditimbulkan dan dicapai antara konseli dan konselor.
b.   Empathy
Kekuatan untuk mengerti perasaan-perasaan orang lain tanpa merasakan sepenuhnya apayang dirasakan oleh orang lain itu.
c.   Genuineness (kesungguhan)
Rogers menyatakan Guineness berarti bahwa perasaan yang dialami dapat digunakan olehnya, berguna untuk kesadarannya, bahwa dia dapat bertahan terhadap perasaan-perasaan ini, menggunakanya dalam hubungan dan dapat menghubungkan dengan tepat dan berfaedah.
d.   Attentiveness (penuh perhatian)
Attentiveness, perhatian membutuhkan ketrampilan dalam mendengarkan dan mengamati, dengan itu konselor mengetahuio dan mengerti inti, isi, dan apa yang dirasakan oleh konseli.
e.   Hubungan
Hubungan antara manusia dalam konseling adalah hubungan yang timbal balik dan saling mempengaruhi antar anggota-anggota yang terlibat di dalam hubungan tersebut.







BAB III
PENUTUP
A.      Kesimpulan
konselor dapat menggunakan berbagai macam variasi, tindakan, pikiran sesuai dengan kebutuhan dan ciri khas masalah yang dihadapi oleh konseli. Meskipun demikian, konselor tetap harus berpegang pada pola eklektik, menguasai sejumlah prosedur dan teknik serta memilih manakah yang paling tepat dan sesuai dari berbagai prosedur dan tehnik tersebut.

B.       Saran
Meskipun terdapat berbagai karakteristik yang harus dipenuhi untuk mencapainya proses konseling yang baik, disarankan seorang calon konselor untuk dapat selalu membenahi dan memperbaiki dirinya kearah yang labih baik dan lebih mendekatkan diri pada yang maha kuasa serta memperkuat ilmu agama agar konseling yang dilaksanakan lebih berjalan dengan baik serta sesuai dengan kaidah-kaidah yang ada dalam agama. Selain itu, karakteristik konselor dapat mendorong timbulnya public trust terhadap diri seorang konselor.







Daftar pustaka :
¨      Surya, Mohamad. 1988. Dasar-dasar Penyuluhan(Konseling). Jakarta : Dependikbudna
¨      Syamsu, Yusuf, Juntika. 2005. Landasan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Rosda
¨      Juntika, Ahmad. 2005. Strategi Layanan Bimbingan dan Konseling. Bandung: Refika Aditama

ORIENTASI, RUANG LINGKUP, VISI-MISI, DAN PARADIGMA BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang

Bimbingan dan konseling merupakan suatu pelayanan bantuan yang diberikan oleh konselor kepada konseli dengan tujuan membantu individu mengembangkan diri secara optimal sesuai dengan tahap perkembangan dan predisposisi yang dimilikinya  (seperti keampuan dasar dan bakat-bakatnya), berbagai latar belakang yang ada (seperti latar beakang keluarga, pendidikan, status social ekonomi), serta sesuaidengan tuntutan positif lingkungannya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, tentu para konselor harus mengetahui tentang orientasi (pusat perhatian) bimbingan dan konseling, ruang lingkup bimbingan konseling, visi-misi bimbingan konseling, dan paradigma bimbingan dan konseling. Dan pengetahuan tersebut juga harus diketahui oleh konseli (klien) agar mereka tahu secara mendalam tentang bimbingan dan konseling yang berusaha memberikan bantuan kepada mereka.
Di makalah ini dibahas tentang orientasi, ruang lingkup,visi-misi, dan paradigm bimbingan dan konseling yang akan membantu berjalannya layanan bimbingan dan konseling.








B.     Rumusan Masalah
1.         Bagaimana Orientasi Bimbingan dan Konseling?
2.         Bagaimana Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling?
3.         Bagaimana Visi Bimbingan dan Konseling?
4.         Bagaimana Misi Bimbingan dan Konseling?
5.         Bagaimana Paradigma Bimbingan dan Konseling?

C.    Tujuan Penulisan
1.         Mengetahui Orientasi Bimbingan dan Konseling
2.         Mengetahui Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling
3.         Mengetahui Visi Bimbingan dan Konseling
4.         Mengetahui Misi Bimbingan dan Konseling
5.         Mengetahui Paradigma Bimbingan dan Konseling


BAB II
PEMBAHASAN


1.      Orientasi Bimbingan dan Konseling
Orientasi yang dimaksud disini ialah pusat perhatian atau titik berat pandangan atau apa yang menjadi pusat perhatian konselor terhadap kliennya.
Macam-macam orientasi Bimbingan dan Konseling:

1.1     Orientasi Perseorangan

Bimbingan dan Konseling menghendaki agar konselor menitikberatkan pandangan pada siswa secara individual. Satu persatu siswa secara individual. Satu persatu siswa perlu mendapat perhatian secara masing-masing.

1.2     Orientasi Perkembangan

Orientasi perkembangan dalam Bimbingan dan Konseling lebih menekankan lagi pentingnya peranan perkembangan yang terjadi dan yang hendaknya diterjadikan pada diri individu. Bimbingan dan Konseling memusatkan perhatiannya pada keseluruhan proses perkembangan itu.
Menurut Myrick perkembangan individu secara tradisional dari dulu sampai sekarang menjadi inti dari pelayanan Bimbingan dan Konseling.
Peranan Bimbingan dan Konseling adalah memberikan kemudahan-kemudahan bagi gerak individu menjalani alur perkembangannya.
Secara Khusus, Thompson dan Rudolph melihat perkembangan individu dari sudut pandang kognisi, dalam perkembangannya anak-anak memiliki kemungkinan mengalami hambatan perkembangan kognisi.
Macam-macam hambatan perkembangan kognisi:
1.Hambatan Egosentrisme
2.Hambatan Konsentrasi
3.Hambatan Reversibilitas
4.Hambatan Tranformasi

1.3     Orientasi Permasalahan

Orientasi permasalahan secara langsung bersangut paut dengan fungsi pencegahan dan fungsi pengentasan. Fungsi pencegahan menghendaki agar individu dapat terhindar dari masalah-masalah yang mungkin membebani dirinya, fungi pengentasan menginginkan agar  individu yang sudah terlanjur mengalami masalah dapat terselesaikan masalahnya.

2.      Ruang Lingkup Bimbingan dan Konseling

Pelayanan Bimbingan dan Konseling memiliki peranan penting baik bagi individu yang berada dalam lingkungan sekolah keluarga maupun masyarakat pada umumnya.
Uraian dibawah ini membicarakan peranan bimbingan dan Konseling pada masing-masing ruang lingkup kerja tersebut:




2.1     Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Sekolah

Sekolah merupakan lembaga formal yang scara khusus dibentuk untuk menyelenggarakan pendidikan bagi warga masyarakat. Dalam kelembagaan sekolah terdapat sejumlah bidang kegiatan dan bidang pelayanan bimbigan dan konseling mempunyai kedudukan dan peranan yang khusus.

2.1.1        Keterkaitan antara Bidang Pelayanan Bimbingan dan Konseling dan Bidang-Bidang Lainnya

Dalam proses pendidikan, khususnya sekolah, Mortensen dan Schmuller (1976) mengemukakan adanya bidang-bidang tugas atau pelayanan yang saling terkait. Bidang-bidang tersebut hendaknya secara lengkap ada dan apabila diinginkan aar pendidikan di sekolah dapat berjalan dengan sebaik-baiknya untuk memenuhi secara optimal kebutuhan peserta didik dalm proes perkembanganya.
Terdapat tiga bidang pelayanan pendidikan, yaitu bidang kurikulum dan pengajaran, bidang administrasi dan kepemimpinan dan kesiswaan:
a.    Bidang kurikulum dan pengajaran meliputi semua bentuk pengembangan kurikulum dan pelaksanaan pengajaran, yaitu penyampaian dan pengembangan penetahuan, keterampilan, sikap  dan kemampuan berkomunikasi peserta didik.
b.    Bidang administrasi atau kepemimpinan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi berkenaan tanggung jawab dan pengambilan kebijaksanaan, serta bentuk-bentuk kegiatan pengelolaan dan administrasi sekolah, seperti perencanaan, pembiayaan, pengadaan, pengaduan, dan perkembangan staf, prasarana dansarana fiik, dan pengawasan.
c.    Bidang Kesiswaan, yaitu bidang yang meliputi berbagai fungsi dan kegiatan yang mengacu kepada pelayanan kesiswaan secara individual agar masing-masing peserta didik itu dapat berkembang sesuai dengan bakat, potensi, dan minat-minatnya, serta tahap-tahap perkembangannya. Bidang ini dkenal sebagai bidang pelayanan bimbingan dan konseling.
Kendatipun ketiga bidang tersebut tampknya terpisah antara satu dengan yang lainnya, namun semuanya memiliki arah yang sama, yaitu memberikan kemudahan bai pencapaian perkembangan yang optimal peserta didik. Pelayanan bimbingan dan konseling dapat memberikan sumbangan yang berarti terhadap pengajaran. Misalnya, proes belajar-mengajar akan dapat berjalan dengan efektif apabil siswa terbebas dari masalah-masalah yang menggangu proses belajarnya.. Pembebasan masalah-masalah siswa tersebut dilakukan melalui pelayanan bimbingan dan konseling. Demikian juga terhadap adminitrasi dan supervise, bimbingan dan koseling dpat memberikan sumbangan yang berarti; misalnya dalam kaitannya dengan penyusunan kurikulum, pengembangan program-program belajar, pengambilan kebijakan yang tepat dalam rangka pencipataan iklim sekolah yang benar-benar menunjang bagi pemenuhan kebutuhan dan perkembangan siswa.
Sebaliknya, bidang pengajaran dan administrasi dapat memberkan sumbangan yang besar bagi suksesnya bidang bimbingan dan konseling. Bidang kurikulum dan pengajaran merupakan lahan yang sangat efektif bagi  telaksananya di dalam praktek materi-materi layanan bimbingan dan konseling. Pelaksanan pengajaran yang sehat dan mantap, baik dalam isi maupun suasananya, akan memberikan sumbangan besar bagi pencegahan timbulnya masalah siswa, dan juga merupakan wahana bagi pengetahuan masalah-masalah siswa. Bidang pengelolaan dan administrasi dapat memberikan sumbangan besar bagi pelayanan bimbingan dan konseling melalui berbagai kebijaksanaan dan pengaturan yang menghasilkan kondisi yang memungkinkan berjalannya layanan itu secara optimal, sehingga segenap  fungsi-fungsi dan jenis layanan serata kegiatan bimbingan dan konseling dapat terlaksana dengan lancer dan mencapai sasaran.

2.1.2        Tanggung Jawab Konselor Sekolah

Dalam melaksanakan tugas-tugas dan tanggung jawabnya itu konselor menjadi “pelayan” bagi pencapaian tujuan pendidikan secara menyeluruh, khususnya bagi terpenuhinya kebutuhan dan tercapainya tujuan-tujuan perkembangan masing-masing peserta didik. Dalam kaitannya dengan tujuan yang luas itu, konselor tidak hanya behubungan dengan peserta didik atau siwa saja (sebagai sasaran utama layanan), melainkan juga dengan berbagai pihak yang dapat secara bersama-bersama menunjang pencapaian tujuan tersebut, yaitu sejawat (sesame konselor, guru, dan personal sekolah lainnya), orangtua,dan masayarakat pada umumnya.
Berikut merupakan tanggung jawab yang harus dipenuhi oleh konselor:
1.    Tanggung jawab konselor terhadap siswa
2.     Tanggung jawab kepada orang tua
3.     Tanggung jawab terhadap sejawat
4.     Tanggung jawab kepada sekolah dan masyarakat
5.     Tanggung jawab terhadap diri sendiri
6.     Tanggung jawab terhadap profesi

2.2     Pelayanan Bimbingan dan Konseling di Luar Sekolah

2.2.1        Bimbingan dan Konseling Keluaraga
Resiko terhadap permasalahan dapat menimpa anggota keluarga. Palmo, Lowry, Weldon, dan Scioscia (1984) mengidentifikasi perubahan-perubahan yang  terjadi secara signfikan mempenaruhi struktur dan kondisi keluarga, yaitu meningkatnya tinkat perceraian, kedua orangtua bekerja, pengangkatan anak, emansipasi pria-wanita, dan kebebasan hubungan seksual.
Selain itu meningkatnya  kesadaran tentang anak cacat, keadaan depresi dan bunuh diri, kesulitan mencari  pekerjaan dan ketidakmampuan ekonomi pada umumnya menambah unsure-unsur yang mempengaruhi kehidupan keluarga. Unsur-unsur yang tidak menguntungkan tersebut secara tidak langsung ataupun langsung membawa pengaruh kepada anggota keluarga, baik mereka yang sudah dewasa maupun yang masih muda, mereka yang masih bersekolah maupun mereka yang sudah tidak bersekolah lagi. Permasalahan yang ditimbulkan oleh pengaruh yang tidak menguntungkan itu mengundang berperannya bimbingan dan konseling ke dalam keluarga.



2.2.2        Bimbingan dan Konseling dalam Lingkungan yang Lebih Luas

Permasalahan yang dialami oleh warga masyarakat tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah dan keluarga saja, melainkan juga di luar keduanya. Warga  masayarakat di lingkungan perusahaan, industri, kantor-kantor (baik pemerintah maupun swasta) danlembaga kerja lainnya ,organisasi pemuda dan organisasi kemasyarakatan lainnya, bahkan di lembaga pemasayarakatan, rumah jompo,rumah yatim piatu atau panti asuhan, rumah sait, dan lain sebagainya, seluruhnya tidak terhindar dari kemungkinan menghadapi masalah.  Oleh karena itu diperlukan jasa bimbingan san konseling.
Pelayanan bimbingan dan konseling yang menjangkau daerah kerja yang lebih luas itu perlu diselengarakan oleh konselor yang bersifat multidimensional (Chiles & Eiken, 1983), yaitu yang mampu bekerja sama selain dengan guru, administrator, dan orangtua, juga dengang berbagai komponen dan lembaga masyarakatsecara lebih luas. Konselor seperti itu bekerja dengan masalah-masalah personal, emosional, social, pendidikan, dan pekerjaan, yang kesemuanya itu untuk mencegah timbulnya masalah, pengentasan masalah, dan menunjang perkembangan  individu anggota masyarakat.KOnsep  professional yang multidimensional itu akan lbih banyak berperan sebagai pelatih dan supervisor, disamping penyelenggaraan layanan dan kegiatan “tradisional” bimbingan dan konseling, bagi kaum muda dan angota masyarakat lainnya (Goldman, 1976).
Konselor profeional yang multidimensional benar-benar menjadi ahli yang memberikan jasa berupa bantuan kepada orang-orang yang memfungsikan dirinya pada tahap perkembangan tertentu, membantu mereka mengambil manfaat yang sebesar-besarnya dari kondisidan apa yang sudah mereka miliki, membantu mereka menangani hal-hal tertentu agar lebih efektif, merencanakan tindak lanjut atas langkah-langkah yang telah diambil,  serta membantu lembaga ataupun organisasi melakukan perubahan agar lebih efektif. Dalam melaksanakan  perananya yang lebih luas itu konselor berada di mana-mana, di lembaga formal dan non-formal, di desa-desa, dan di kota-kota, konselor bekerja sama dengan keluarga dan tokoh-tokoh masyarakat, kepala desa dan camat, dengan para pemimpin formal dan non-formal. Konselor di masa depan bekerja di semua bidang kehidupan, mengabdikan peranan dan jasanya untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan sumber daya manusia, membantu individu warga masyarakat  dari bergai umur, mencegah timbulnya masalah dan mengentaskan berbagai masalah yang dihadapi warga masyarakat, dan menjadikan tahap perkembangan yang mereka jalani menjadi optimal (Prayitno, 1990).
Konselor yang bekerja di luar sekolah dapat mengikatkan diri pada lembaga tertentu (misalnya perusahaan, kantor, dan lain-lain), dapat bekerja sama dengan sejawat dalam satu “tim pelayanan bimbingan dan konseling”, dapat bekerja mandiri, dan dapat pula menciptakan bentuk-bentuk baru konselor bekerja dan apa pun tugas-tugas khusus yang diselenggarakan konselor namun fungsi, prinsip, asas, jenis layananan kegiatan kegiatan bimbingan dan konseling pada dasarnya tetap sama. Modifikasi dan penyesuaian diperlukan berdasarkna kekhususan yang ada pada sasaran layanan, lembaga tempat bekerja, tujuan dan kondisi yang menyertai diperlukannya pelayanan bimbingan dan konseling itu.
3.      Visi Bimbingan dan Konseling

Visi Bimbingan dan Konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri, dan bahagia.

4.      Misi Bimbingan dan Konseling

Sesuai dengan visi yang telah dirumuskan, misi bimbingan dan konseling difokuskan kepada:

4.1     Misi Pendidikan

Mendidik individu dan/atau kelompok melalui pengembangan perilaku efektif-normatif dalam kehidupan keseharian dan tekait dengan masa depan.
Dalam memenuhi visinya di bidang pendidikan, sekolah maupun masyarakat perlu menyelenggarakan arti pendidikan seluas-luasnya. Apabila pengajaran hanya dilakukan dalam arti sempit saja, dikhawatirkan tidak seimbang, hanya akan menjurus kepada pendidikan kognitif saja, sedangkan sisi afektif dan psikomotor tidak terkupas.

4.2     Misi  Pengembangan

Memfasilitasi perkembangan individu kea rah perkembangan optimal, yaitu melalui perkembangan potensi, pengembangan diri, berbudi pekerti luhur dan beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa.
4.3     Misi Pengentasan Masalah

Membantu dan memfasilitasi pengentasan masalah individu mengacu kepada kehidupan sehari-hari yang efektif. Dalam hal ini kemandirian seseorang untuk dapat menjalani kehidupannya sehari-hari secara efektif.

5.      Paradigma Bimbingan dan Konseling

Paradigma bimbingan dan  konseling adalah psiko-pedagogis dalam bingkai budaya. Yaitu, para pelaksana BK perlu mengusai materi psikologi (psikologi umum, perkembangan, belajar, kepribadian, dan social) serta materi pedagogis (filsafat antropologi, dasar-dasar pendidikan, kurikulum, proses belajar dan pembelajaran, dan penilaian pendidikan). Dikemas dalam ilmu-teknologi BK dengan warna budaya (termasuk nilai dan norma) lingkungan peserta didik. Arah bimbingan dan konseling mengembangkan potensi siswa agar dapat memenuhi tugas-tugas perkembangannya secara optimal.
Pada saat ini telah terjadi perubahan paradigma pendekatan bimbingan dan konseling, yaitu dari pendekatan yang berorientasi tradisional, remedial, klinis, dan terpusat pada konselor, kepada pendekatan yang berorientasi perkembangan dan preventif. Pendekatan bimbingan dan konseling perkembangan (Developmental Guidance and Counseling), atau bimbingan dan konseling komprehensif (Comprehensive Guidance and Counseling). Pelayanan bimbingan dan konseling komprehensif didasarkan kepada upaya pencapaian tugas perkembangan, pengembangan potensi, dan pengentasan masalah-masalah konseli. Tugas-tugas perkembangan dirumuskan sebagai standar kompetensi yang harus dicapai konseli, sehingga pendekatan ini disebut juga bimbingan dan konseling berbasis standar (standard based guidance and counseling). Standar dimaksud adalah standar kompetensi kemandirian.
Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini menekankan kolaborasi antara konselor dengan para personal Sekolah/ Madrasah lainnya (pimpinan Sekolah/Madrasah, guru-guru, dan staf administrasi), orang tua konseli, dan pihak-pihak ter-kait lainnya (seperti instansi pemerintah/swasta dan para ahli : psikolog dan dokter). Pendekatan ini terintegrasi dengan proses pendidikan di Sekolah/Madrasah secara keseluruhan dalam upaya membantu para konseli agar dapat mengem-bangkan atau mewujudkan potensi dirinya secara penuh, baik menyangkut aspek pribadi, sosial, belajar, maupun karir.
Atas dasar itu, maka implementasi bimbingan dan konseling di Sekolah/Madrasah diorientasikan kepada upaya memfasilitasi perkembangan potensi konseli, yang meliputi as-pek pribadi, sosial, belajar, dan karir; atau terkait dengan pengembangan pribadi konseli sebagai makhluk yang berdimensi biopsikososiospiritual (biologis, psikis, sosial, dan spiritual).





BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

·         Orientasi Bimbingan dan Konseling, orientasi perseorangan, orientasi perkembangan, orientasi permasalahan.
·         Ruang Ligkup Bimbingan dan Konseling tidak hanya di sekolah, tetapi di berbagai bidang lainnya juga.
·         Visi Bimbingan dan Konseling yaitu Visi Bimbingan dan Konseling adalah terwujudnya kehidupan kemanusiaan yang membahagiakan melalui tersedianya pelayanan bantuan dalam pemberian dukungan perkembangan dan pengentasan masalah agar individu berkembang secara optimal, mandiri, dan bahagia.
·         Misi Bimbingan dan Konseling, misi pendidikan, misi pengembangan, misi pengentasan masalah.
·         Paradigma Bimbingan dan  Konseling adalah psiko-pedagogis bingkai budaya.




Daftar Pustaka

Uliya. Paradigma dan Ekspektasi Bimbingan dan Konseling. Online www.uliyaans.blogspot.com/2013/05/paradigma-dan-ekspektasi-bimbing-26.html [accesed 09/23/13]
Irwan, Muhammad. Visi, Misi, dan Paradigma Bimbingan dan Konseling. Online www.belajaritusinau.blogspot.com/2012/04/visi-misi-dan-paradigma-bimbingan-dan.html [accessed 09/23/13]
Prayitno dan Eman Amti, 1995, Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta